Slider
Slider
Slider

DREAM BIG BECAUSE WHAT YOU DREAM IS WHAT YOU WILL DO

Never do anything just for money. Do it for love. To be supersuccessful you have to love what you are doing. Find a career you are passionate about. You will need passion to overcome obstacles, recover from setbacks, and make it through the tough times. Sure, money is scorecard, and it is certainly useful, but it should not be the be-all and end-all. Give your goals subtance and assign them a value that is not monetary. To be a winner in life, find a passion, get out of your comfort zone, and be a doer. Learn to handle pressure, to bounce back from failure, and to nevergive up. Think Big .



HOBBIES

Never do anything just for money. Do it for love.

Drawing
60%
Writing
88%
Reading
95%
Travelling
74%

Blog

Friday, November 6, 2015

BINDES bersbasis Co-opreneur Community



Kantor Desa Cijolang-Garut (Tempat KKN-P IPB 2015)


oleh : Tatu Kulsum

Pembangunan adalah upaya sepenuhnya untuk menciptakan suatu sistem sosial yang membantu inovasi berkesinambungan tanpa merusak sendi-sendi  kehidupan sosial masyarakat, membangun struktur-struktur sosial, ekonomi, politik dan budaya berdasarkan berbagai pendekatan guna menjamin fleksibilitas, dan memberi masyarakat kecakapan teknikal agar tetap seirama dengan derap kemajuan teknologi dunia (Malik, 2015). Pembangunan nasional merupakan ide dan rencana besar yang pada tahap implementasinya hingga kini masih terdapat banyak masalah.

Isu utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih lebarnya kesenjangan antar wilayah terutama terjadi antara perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, persentase penduduk miskin di desa sebesar 13, 76% dan di kota sebesar 8,16 %. Data tersebut menjadi acuan bahwa benar adanya telah terjadi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan. Maka dari itu harus ada fokus dan annual project plan pengembangan wilayah untuk mempercepat dalam mengurangi ketimpangan antar wilayah. Langkah penting yang harus dilakukan antara lain mendorong percepatan pembangunan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi (engine of growth). Pada saat yang sama, juga dilakukan penguatan konektivitas lokasi perdesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di perdesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat ekonomi terdekat atau pusat-pusat pertumbuhan baru. Selain itu, indutrialisasi perlu di dorong untuk mengelola bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta menciptakan kesempatan kerja baru di wilayah pusat-pusat pertumbuhan baru ini. Begitu pula, investasi pemerintah dan swasta harus dioptimalkan untuk memicu dampak pengadaannya (multiplier effect) pada daerah sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dapat dicapai melalui peningkatan agroindustri, hasil perhutanan dan perikanan dengan sasaran pokok pada peningkatan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan makanan dan minuman, produksi komoditas ekspor dan komoditas prosfektif melalui pengembangan agroindustri terutama di perdesaan. Pengembangan agroindustri, diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah pertanian yang dilakukan melalui perbaikan teknologi agroindustri  perdesaan yang sudah ada, penumbuhan agroindustri perdesaan yang dapat memanfaatkan hasil samping secara optimal, penumbuhan industri pengolahan pertanian yang dapat dilaksanakan oleh kelompok tani dan koperasi, serta pengembangan industri perdesaan yang menangani produk segar hortikultur.

Berkaitan dengan perbaikan manajemen usaha, kebijakan yang ditempuh adalah penguatan kemitraan antara petani dengan pelaku/pengusaha pengolahan dan pemasaran melalui kemitraan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan industri pengolahan dan pemasaran. Cara ini sekaligus untuk membangun dan memperkuat jaringan (networking) dengan asosiasi, industri, dan sektor jasa terkait lainnya. Bersamaan dengan itu juga perlu peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumber-sumber pembiayaan, serta informasi pasar dan akses pasar, termasuk pengembangan infrastruktur pengolahan dan pemasaran. Strategi yang dapat digunakan antara lain melalui diseminasi informasi teknologi, penyuluhan dan media informasi, pengembangan jaringan pasar, pelayanan informasi pasar, dan pasar lelang komoditi.

Peran Ekonomi Islam dalam ekonomi Indonesia juga memiliki posisi yang penting, terutama ketika melihat bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Umat Islam memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui instrumen ekonomi Islam seperti zakat, wakaf, waris, infak, dan sedekah yang memiliki potensi cukup besar di Indonesia. Di samping potensi dari lembaga keuangan yang secara riil telah berkembang di Indonesia yakni di sektor keuangan syariah, seperti Bank Umum Syariah, BPRS, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah, dan lembaga keuangan lainnya, yang menyediakan produk-produk yang dibutuhkan oleh ekonomi rakyat dan bahkan masyarakat secara luas (Ruslan, 2015)

Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah memperhatikan kapasitas dan kompetensi sumberdaya manusia yang ada. Sebab lemahnya kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi constraint factor yang menyebabkan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Atas dasar itu perlu dibuat klaster inovasi sebagai terobosan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi IPTEK, sesuai dengan kebutuhan pengembangan agroindustri di masing-masing pusat pertumbuhan. Mahasiswa dapat berperan dalam mempercepat peningkatan kemampuan berinovasi untuk meningkatkan daya saing, serta mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumberdaya universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha dengan  membuat klaster bina desa atau seringkali disebut BINDES berbasis Co-opreneur Community : Upaya Mahasiswa dalam Akselerasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia .

Bina Desa berbasis Co-opreneur Community Fondasi Membangun Bangsa
BINDES berbasis Co-opreneur Community merupakan salah satu program sosial berupa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dengan berbasis Co-operative Entrepreneur (Co-opreneur) Community atau komunitas wirakoperasi. Wirakoperasi itu sendiri merupakan suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Wirakoperasi juga yakin bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota melalui gerakan koperasi bukanlah suatu utopi, tapi merupakan suatu hal yang achieveable. Selain itu, secara spesifik wirakoperasi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atau komoditi yang diusahakan dan penguasaan aspek teknis (teknologi) yang akan memungkinkan koperasi mampu membangun visi, misi dan strategi bagi aktivitas koperasi dan mencapai tujuannya (Lukman, 2003). Pemberdayaan masyarakat bina desa dengan mengadopsi nilai-nilai koperasi diharapkan akan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi khususnya di perdesaan.

Paham ekonomi dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dasar ekonomi nasional ialah usaha bersama di atas asas kekeluargaan. Yang dimaksud dengan itu adalah koperasi. Menurut Hatta (2015) cita-cita koperasi Indonesia menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang kolektif, berakar pada adat-istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman modern. Semangat kolektivisme Indonesia yang akan dihidupkan kembali dengan koperasi mengutamakan kerja sama dalam suasana kekeluargaan antar manusia pribadi, bebas daru penindasan dan paksaan. Dengan bekerja secara koperasi seluruh rakyat, dalam bidangnya masing-masing, dapat ikut serta dalam usaha membangun masyarakat. Bermula dengan yang kecil-kecil, koperasi dapat membangun perusahaannya berangsur-angsur, sampai kepada perusahaan besar. Bina desa berbasis wirakoperasi merupakan fondasi dalam membangun bangsa. Sebab itu, bina desa dengan menerapkan prinsip dasar koperasi dipandang sebagai suatu alat yang efektif untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Konsep Umum Bina Desa berbasis Co-opreneur Community
Secara konseptual, program bina desa berbasis Co-opreneur Community ini adalah salah satu program akselerasi dalam pembangunan berkelanjutan jika menjadi agenda wajib seluruh mahasiswa di Indonesia. Hal ini mengingat banyaknya jumlah desa di Indonesia. Program bina desa berbasis wirakoperasi harus menjadi kajian krusial bersama dibawah naungan perguruan tinggi seluruh Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sehingga, akan terbentuk komunitas mahasiswa yang siap melaksanakan program bina desa berbasis wirakoperasi sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Program bina desa berbasis wirakoperasi ini juga dapat menjadi inkubator bisnis untuk melahirkan entrepreneur pemula di perdesaan, dan wilayah lain yang selama ini dipinggirkan dari proses pembangunan. Lahirnya entrepreneur di perdesaan ini akan mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan berbasis usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, serta mengembangkan kegiatan pengolahan sumberdaya alam yang berkelanjutan oleh masyarakat desa berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi perdesaan.


Mekanisme Umum Bina Desa berbasis Co-opreneur Community

Gambar 1 : Mekanisme Bina Desa berbasis Wirakoperasi
Mekanisme secara umum program bina desa berbasis wirakoperasi dapat dilihat pada gambar 1. Mahasiswa dengan disiplin ilmu masing-masing membentuk suatu komunitas untuk melakukan bina desa dengan mengadopsi prinsip dasar koperasi baik dari segi pembentukan kelembagaan, pengelolaan keuangan, sampai dengan penerapan kebijakan. Pembentukan kelembagaan bina desa berbasis wirakoperasi memilih bentuk organisasi lini. Berdasarkan pernyataan Soetjipto (2015) bentuk organisasi lini mendasarkan diri pada komando atau perintah. Artinya, bahwa pemimpin tertinggi koperasi merupakan pusat “kekuasaan”. Kemudian pusat kekuasaan akan mendelegasikan sebagian kewenangan kepada unit-unit kerja yang di bawahnya dalam hubungan garis komando. Ciri khas bentuk organisasi lini antara lain; sederhana, hanya mengenal satu pimpinan tertinggi sebagai pemegang kekuasaan dan kebijakan, tatakerja berdasar komando, tatap muka sebagai model hubungan kerja, tidak membutuhkan spesialisasi yang rumit, sarana penunjang masih sederhana. Sehingga, pada komunitas wirakoperasi mahasiswa terdapat pimpinan tertinggi sebagai pemegang kekuasaan atas keberlangsungan program .

Komunitas wirakoperasi membentuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mana komoditas usaha tersebut merupakan hasil dari program pemberdayaan masyarakat melalui bina desa. Desa yang menjadi objek pelaksanaan program merupakan desa yang berada di sekitar kampus masing-masing. Hal ini agar peran mahasiswa dapat dirasakan keberadaannya dan memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan desa-desa binaan sekitar kampus. Selain itu, hal ini juga dapat memudahkan akses dalam pelaksanaan program bina desa. Strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan kewirausahaan dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya. Dalam hal ini, mahasiswa bukan sebagai “guru” tetapi sebagai pendamping proses berjalannya bina desa. Luaran dari program bina desa ini selain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi desa, juga diharapkan mampu menghasilkan produk-produk unggulan yang kreatif dan inovatif dari setiap desa binaan. Produk-produk unggulan setiap desa binaan diperkenalkan kepada khalayak umum dalam kompetisi pameran atau bazar komunitas mahasiswa wirakoperasi tingkat daerah dan tingkat nasional. Hal ini juga sebagai pembangkit mahasiswa wirakoperasi dalam melakukan bina desa menuju pembangunan berkelanjutan.

Bina Desa berbasis Co-opreneur Community Solusi Bangsa
Program bina desa berbasis wirakoperasi menawarkan jalan keluar untuk menyelamatkan bangsa ini. Program strategi pemberdayaan ini untuk membangun kemandirian desa, kemandirian masyarakat perdesaan, dan kemandirian ekonomi masyarakat desa dengan pemberdayaan potensi-potensi lokal, baik potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sumberdaya teknologi, maupun sumberdaya manusia, sosial, dan budaya. Masih terlalu banyak desa-desa di Indonesia yang masih tertinggal akibat terpinggirkan selama ini, sehingga strategi pemberdayaan dan industrialisasi di perdesaan yang sesuai dengan kapasitas, kapabilitas sumberdaya manusia di perdesaan yang ditawarkan oleh gagasan ini nantinya akan justifikasi sebagai model di masa mendatang.

Program bina desa berbasis wirakoperasi juga selaras dengan agenda prioritas dalam Nawa Cita, Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan yang dilakukan melalui strategi meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa yaitu fasilitas, pembinaan, maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan permodalan, dan kesempatan berusaha, dan menyiapkan kebijakan jaringan pengaman sosial melalui jaminan sosial bagi masyarakat desa. BINDES berbasis Co-opreneur Community : Upaya Mahasiswa dalam Akselerasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia merupakan keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri. Dengan mendukung program bina desa berbasis co-opreneur community ini sama halnya dengan mendukung peran dan upaya mahasiswa dalam akselerasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.






DAFTAR PUSTAKA

Malik, H. 2015. Bangun Industri Desa Selamatkan Bangsa. Bogor : PT Penerbit    IPB Press
Hatta, M. 2015. Mohammad Hatta : Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Soetjipto, H. 2015. Mengembangkan Koperasi. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka
Noor, RA. 2013. Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis. Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main
BPS. 2014. Jumlah Persentase Penduduk Miskin. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488. Di akses [6 November 2015]




Sunday, November 1, 2015

Curriculum Vitae

Teuku Wisnu dan Tatu Kulsum


Informasi Pribadi
Nama                         : TATU KULSUM
E-mail                       : hi.tatukulsum@gmail.com
Kebangsaan              : Indonesia
Jenis Kelamin           : Perempuan
Status Pernikahan    : Belum Menikah

Riwayat Pendidikan
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SMA Negeri 1 Purwakarta
SMP Negeri 2 Purwakarta
SD Negeri Bungursari
MDA Nurul Iman

Prestasi dan Penghargaan
Juara 1 Lomba Business Plan IPB Award 2012
Juara 1 Lomba Essay “Future Leader Agricultural (FLA) ”  2013
Juara 1 Lomba Foto Inspiratif Jaringan Kemuslimahan Nasional Kaltim 2013
Juara 1 Lomba Foto Hari Ibu Jaringan Kemuslimahan Aceh 2014
Juara 1 Lomba Business Plan Competition UKKI PENS Surabaya Tingkat Nasional 2015
Peserta Terbaik Youth Leadership Training (YLT)
Owner Creative Business “Tatuhandmade”
Pembicara "Pelatihan Bisnis" Beastudi Muda 2015

Pengalaman Organisasi
Ketua OSIS SMPN 2 Purwakarta
Ketua MPK SMPN 2 Purwakarta
Sekretaris IREMA SMA N 1 Purwakarta
Multimedia Demush Asrama Putri TPB IPB A-2 2012
Sekretaris Biro Kajian Strategis LDK Al Hurriyyah IPB 2013
Koordinator Akhwat Bidang Media Isu FSLDK IPB 2013
Anggota Komisi A Puskomnas FSLDK Indonesia 2014
Direktur Utama Perusahaan "Doll and Pillow Custom" Tatuhandmade 2015-Present




Saturday, November 23, 2013

Triple Track Strategy sebagai Revitalisasi Pertanian Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community 2015 Oleh : TATU KULSUM

 Oleh: TATU KULSUM



Google doc

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia input bagi sektor lain, sehingga sektor ini dikatakan berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, ekonomi Indonesia triwulan II-2013 tumbuh 5,81% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan II-2013 didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 23,77%, 14,98%, dan 14,40%. Data tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian sangat memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pentingnya peranan sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia memerlukan perhatian dan keberpihakan dari seluruh komponen bangsa, terutama politisi dan pengambil kebijakan agar menempatkan pertanian yang kaya potensi dan melibatkan mayoritas mata pencaharian masyarakat itu sebagai sektor yang perlu mendapat dukungan konkrit. Dukungan itu berupa penyediaan infrastruktur, kebijakan moneter, permodalan, asuransi, dan jaminan pemasaran yang adil. Oleh sebab itu, sangatlah penting adanya revitalisasi pertanian atau usaha, proses, dan kebijakan untuk menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun daya saingnya, meningkatkan kinerjanya, serta menyejahterakan pelakunya, terutama petani. Walaupun kesejahteraan petani telah meningkat sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Secara umum tidak dapat dipungkiri bahwa gambaran kesejahteraan petani bukanlah lukisan yang cerah dan menyenangkan. Kemiskinan merupakan salah satu bagian dari potret yang kurang menyenangkan. Data tahun 2002, dari 38,4 juta orang miskin di Indonesia, 65,4% di antaranya berada di pedesaan, dan 53,9% adalah petani. Tahun 2003, dari 24,3 juta rumah tangga pertanian (yang berbasis lahan/land-basse farmers), sekitar 82,7% di antaranya dapat dikategorikan miskin. Potret kurang menyenangkan tersebut berdampak pada jumlah sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di sektor pertanian. Data perhitungan BPS setiap bulan Februari dari tahun 2011 hingga 2013, penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan terus menurun.

Hal penting yang harus dilakukan dalam revitalisasi pertanian adalah mengubah paradigma tentang pertanian itu sendiri. Seringkali pertanian masih di bayangkan sebagai dunia kaum miskin dan kumuh. Pada berbagai kesempatan, ikon pertanian sering digambarkan sebagai seorang petani yang memakai caping dengan cangkul di pundak, pakaian yang kotor, dan tidak menggunakan alas kaki. Padahal, sektor pertanian itu memiliki cakupan yang sangat luas, termasuk di dalamnya adalah sektor perikanan, peternakan dan kehutanan, dari kegiatan hulu sampai hilir, mengubah input menjadi output berupa sandang, pangan, papan dan lingkungan yang nyaman bagi makhluk hidup. Sektor ini juga mencakup berbagai kegiatan agrobisnis, agroindustri, dan agroservis yang memiliki omset miliaran dolar AS dan tidak jarang mengubah nasib pengusaha menjadi konglomerat. Pertanian tidak sekedar menanam dan berkebun. Hal di atas menunjukkan betapa luasnya sektor pertanian. Indonesia seharusnya dapat menjadikan pertanian sebagai tulang punggung perekonomian untuk menyejahterakan bangsa sesuai dengan tujuan diadakannya revitalisasi pertanian. Revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk berkontribusi pada pemberantasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan (Arifin B, 2007)

Pemerintah harus terus mendorong peran aktif petani untuk meningkatkan daya saing produksinya. Hal ini terkait dengan kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar tunggal berbasis produksi tunggal. Dengan demikian, seluruh negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan dengan arus modal yang lebih bebas sebagaimana yang telah digariskan dalam AEC Blueprint. Kementrian Pertanian Indonesia menyatakan bahwa pasar bebas ASEAN berdampak cukup besar bagi semua sektor perdagangan, termasuk sektor pertanian. Penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan yang dilakukan oleh pemerintah akan mengakibatkan semakin banyaknya produk impor masuk ke Indonesia. Kondisi inilah yang cukup mengkhawatirkan karena berpengaruh pada eksistensi produk lokal. Peningkatan daya saing produk lokal sangat diperlukan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang.

Langkah strategis menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 yaitu melalui Triple Track Strategy (Strategi Tiga Jalur) sebagai program dalam revitalisasi pertanian dan lebih terfokus untuk menghadapi AEC untuk stabilisasi perekonomian Indonesia. Ketiga jalur tersebut yaitu stabilitas ekonomi makro, pengembangan sektor riil, dan stabilitas ekonomi mikro. Stabilitas ekonomi makro, yang antara lain ditandai dengan stabilitas nilai tukar, keseimbangan perdagangan dan pembayaran internasional yang sehat, tingkat bunga yang kompetitif, dan keberlanjutan fiskal yang mantap untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama dalam pengurangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja baru. Oleh sebab itu, stabilisasi ekonomi makro sangat perlu di terapkan dengan baik terutama dalam menghadapi AEC. Namun demikian, stabilitasi ekonomi dan pertumbuhan saja tidak cukup cepat untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran tetapi juga di perlukan pengembangan sektor riil. Pengembangan sektor riil, berupa kebijakan yang bisa berdampak langsung pada penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Melalui pengembangan sektor riil diharapkan mampu mengatasi permasalahan di Indonesia terutama masalah pengangguran karena berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan Februari 2013 terdapat 5,92 % . Oleh sebab itu, dalam mewujudkan kebangkitan sektor riil, Indonesia harus mampu menemukan sinergi strategi yang kompatibel agar berbagai permasalahan di Indonesia dapat terselesaikan. Pengembangan sektor ini melalui keterbukaan ekonomi dunia, perkembangan budaya korporat, tuntutan permintaan konsumen yang lebih beragam, serangkaian kemudahan, dan kualitas higenis berstandar tinggi. Para perumus kebiajakan, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat madani harus bahu-membahu melakukan kemitraan yang saling menguntungkan dalam kerangka pemanfaatan keunggulan kompetitif peluang peningkatan daya saing di pasar internasional, serta peningkatan keunggulan komparatif dan utilisasi sumber daya yang dimiliki daerah-daerah di Indonesia. Strategi jalur yang ketiga yaitu stabilitas ekonomi mikro. Stabilitas ekonomi mikro terutama melalui pemberdayaan usaha kecil menengah (UMKM) dengan cara dan teknik produksi yang inovatif agar bisa menjalankan kegiatan produksi secara efisien. Jika pengembangan stabilitas ekonomi mikro dapat berhasil dengan baik maka hal ini dapat berpengaruh besar bagi tercapainya stabilitas ekonomi makro.

Oleh sebab itu, pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih untuk pengembangan stabilitas ekonomi mikro terutama dalam peningkatan sektor pertanian. Hal tersebut dapat di upayakan melalui peningkatan sarana dan prasarana pertanian. Kontras dengan keadaan yang terjadi sekarang, bahwasannya lahan pertanian sudah semakin berkurang karena di manfaatkan untuk lahan industri sehingga keadaan iklim di Indonesia menjadi tidak stabil dan sulit untuk di prediksi. Maka untuk mempersiapkan ketahanan produktivitas pertanian Indonesia dalam menghadapi AEC maka di perlukan pula pengamanan produksi menghadapi dampak perubahan iklim diantaranya dengan memanfaatkan informasi iklim yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ada di masing-masing provinsi , melakukan perencanaan budidaya sesuai iklim dan kondisi setempat, perencanaan dan penyiapan sarana produksi (benih dan pupuk), penyiapan sarana penanggulangan, penggunaan varietas umur pendek, dan varietas toleran terhadap kekeringan, dan rendaman serta pemberdayaan petani dalam keadaan iklim ekstrim.

Triple Track Strategy sebagai revitalisasi pertanian merupakan keniscayaan pilihan yang tidak dapat dipungkiri. Dengan adanya revitalisasi pertanian, Indonesia bukan hanya tumbuh dalam segi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat tetapi juga akan siap dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.




REFERENSI

Sutanto, Yusuf. 2006. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

[KEMENDEPTAN]. 2013. Hadapi pasar bebas ASEAN, petani harus tingkatkan daya saing produk lokal .[internet] Di akses [30 Agustus 2013] Tersedia pada http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=1136.

Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gittinger, J Price. 2008. Analisa Ekonomi Proyek- Proyek Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

BPS. 2013. Indeks tendensi bisnis dan indeks tendensi konsumen triwulan-II 2013.[internet] Di akses [30 Agustus 2013] Tersedia pada http://www.bps.go.id/brs_file/itb-itk_02agu13.pdf.



Friday, November 15, 2013

The Great Experience with LDK Al-Hurriyyah


Hari itu nampaknya matahari membalas senyum terindah saya, terbit dari ufuk timur dengan penuh kehangatan. Sinarnya menelisik jauh kedalam jiwa dan menitipkan seuntai semangat untuk saya. Ia seakan berbisik dan berkata “Ayoo Tatu Kulsum, semangat untuk hari ini”. Ya, pagi itu dengan penuh rasa semangat saya pergi untuk mengikuti acara SPECTRUM (Spectacular Training For Your Amazing Future). Acara wajib yang harus diikuti oleh calon pengurus Al-Hurriyyah dan pada saat itu saya mendaftarkan diri untuk menjadi pengurus organisasi LDK Al-Hurriyyah. Unforgettable moment, jujur sebelumnya saya belum pernah mengikuti serangkaian training yang luar biasa seperti SPECTRUM. Di acara tersebut, saya merasakan kesan yang spesial. Saya bertemu dengan teman-teman dan kakak-kakak yang luar biasa dengan bakat dan prestasinya masing-masing. Banyak ilmu yang saya peroleh dari kegiatan SPECTRUM seperti pelatihan membangun team work, pembuatan desain dan video, pelatihan entrepreneurship, dan pelatihan jurnalistik. It’s great experience for me.

Saya pikir setelah mengikuti serangkaian kegiatan SPECTRUM saya sudah bisa menjadi pengurus Al-Hurriyyah. Ternyata TIDAK! Masih ada serangkaian persyaratan lainnya yang harus saya lalui yaitu test berkas dan test wawancara. Banyak sekali teman-teman saya yang mengurungkan niatnya untuk bergabung menjadi pengurus Al-Hurriyyah karena merasa terlalu banyak persyaratan yang harus dilalui. Tidak untuk saya, tak pernah sedikitpun terbesit untuk saya mengurungkan niat saya mendaftarkan diri menjadi pengurus LDK AL-Hurriyyah. Tahap demi tahap saya lalui dengan penuh kesabaran, hingga tibalah waktu yang ditunggu-tunggu yaitu pengumuman untuk peserta yang diterima menjadi pengurus Al-Hurriyyah. Alhamdulillah, perjuangan itu tidak sia-sia. Saya diterima menjadi pengurus LDK Al-Hurriyyah tepatnya di Departemen KASTRAT (Kajian Strategis).

Setelah menjadi pengurus LDK Al-Hurriyyah, jadwal rutinitas saya bertambah, tidak hanya kuliah tetapi juga syuro (rapat) setiap hari Sabtu pagi. Saya tidak merasa sibuk dengan semua itu, dengan berorganisasi justru manajemen waktu saya lebih teratur. Namun, awal kepengurusan saya masih merasa bingung, apa yang harus saya lakukan untuk oganisasi saya. Saya masih belum mengerti bagaimana alur kinerja organisasi yang saya jalani. Luar biasanya kakak-kakak angkatan selalu sabar dan semangat membantu saya. Tidak pernah sekalipun mereka memarahi saya justru selalu membimbing saya. Dengan polosnya saya masih nurut-nurut saja pada kakak-kakak angkatan saya. Disuruh ini, disuruh itu, saya nurut. Hingga suatu ketika saya mendapati titik jenuh dalam diri saya.
“syuro lagi…syuro lagi…” sempat terlintas dalam benak saya kata-kata tersebut.
Ya, saya selalu berusaha untuk meluruskan niat saya kembali disaat saya berada di titik terendah. Mengingat kembali masa-masa perjuangan saya untuk menjadi pengurus LDK Al-Hurriyyah. Seiring dengan berjalannya waktu, saya sangat merasakan ada perubahan dalam diri saya. Saya mulai berani mengemukakan pendapat ketika syuro, mengungkapkan ide-ide, dan mulai berani berbicara di depan umum. Satu hal perubahan yang paling penting adalah saya tidak sepolos ketika awal masuk organisasi, tidak nurut-nurut saja pada kakak tingkat. Berani kritis dan berani tidak sependapat dengan kakak tingkat selama saya memiliki alasan yang benar dan jelas. Saya merasa tingkat kedewasaan saya dalam berpikir bertambah peka.

Harus selalu update informasi terutama mengenai dunia Islam adalah suatu keharusan bagi anggota KASTRAT LDK Al-Hurriyyah. Mengkaji isu terkini dan memikirkan solusinya merupakan santapan syuro anggota KASTRAT. Rutinitas tersebut ternyata berpengaruh pada kehidupan saya diluar organisasi. Tanpa disuruh siapapun, saya sering mengkaji buku-buku dan menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan kemudian mengirimkannya ke beberapa media sosial. Saya semakin menyukai dunia menulis, mengkaji, mengkritisi, dan memberikan solusi. Semua itu ternyata membuahkan hasil, ketika saya masih di TPB semester 2, saya pernah mengikuti lomba Business  Plan. Saya harus menuangkan ide saya dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan nyata serta mempresentasikan hasil karya saya. Alhamdulillah, saya mendapatkan juara 1 dalam lomba Business Plan di IPB.

Ilmu yang saya dapatkan selama di SPEKTRUM hingga akhirnya saya menjadi bagian dari anggota LDK AL-Hurriyyah ternyata tidak henti menghantarkan saya pada banyak prestasi. Sekarang saya sudah semester 3 di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, jika pergi ke kampus saya sering melewati jalan yang merupakan gudangnya informasi, media center. Ketika melewati media center saya melihat ada informasi perlombaan menulis essay dan saya tertarik untuk mengikuti lomba menulis essay tersebut. Alhamdulillah saya menjadi juara 1 dalam lomba menulis essay yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Pertanian.
Sangat disadari bahwa banyak ilmu yang saya dapatkan selama berada di LDK Al-Hurriyyah terutama di Departemen KASTRAT. Organisasi itu tidak hanya mengajarkan saya untuk menjadi seseorang yang kuat mentalnya tetapi juga kuat fisiknya. Saya, yang dulunya sering sakit, ketika masuk organisasi mulai membiasakan diri untuk olahraga, hingga suatu ketika ada rihlah bersama seluruh pengurus LDK AL-Hurriyyah ke Kawah Ratu dan saya mampu melewati terjalnya bebatuan dan derasnya aliran sungai yang harus dilalui untuk mencapai puncak Kawah Ratu.

 

Selama berorganisasi, saya selalu diajarkan untuk tetap semangat dan tetap bersyukur dalam kondisi apapun. Sehingga perjalanan yang menguras keringat itu tidak menghentikan langkah kaki saya untuk tetap berjalan. Merasa lelah dan letih itu sudah biasa, tetapi akan menjadi luar biasa ketika dalam kondisi yang terpuruk kita masih tetap semangat, tidak mengeluh, dan tetap bersyukur. Perjuangan itu menghantarkan saya pada pengalaman yang luar biasa. Dari banyak peserta yang ikut rihlah, saya menjadi orang pertama yang mencapai puncak Kawah Ratu dan mengibarkan bendera LDK Al-Hurriyyah.  

Mengikuti organisasi memang bukanlah kewajiban bagi seorang mahasiswa. Tetapi bagi saya, mengikuti organisasi adalah sebuah kebutuhan karena banyak pelajaran yang memang tidak didapatkan saat belajar di ruangan kuliah. Dengan berorganisasi kita dapat melatih soft skill yang tentunya akan sangat berguna untuk kehidupan kita sehari-hari. Seorang mahasiswa itu harus mampu menjadi generasi penerus dan pelurus serta menjadikan dirinya sebagai agent of change untuk keadaan yang lebih baik lagi. Jangan sampai menjadi seorang mahasiswa yang tidak peka terhadap lingkungannya karena hanya sibuk mengurusi akademik. Jangan sampai menjadi seorang mahasiswa yang hanya bisa menyelesaikan soal-soal dilembaran kertas tetapi tidak mampu menyelesaikan soal-soal di lembaran kehidupan yang nyata. Organisasi dan akademik ibarat dua rel kereta api, yaitu alat yang akan menghantarkan kita pada tujuan akhir niat kita. SEMANGAT UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK HANYA KARENA ALLAH SWT.
         

Tatu Kulsum. Powered by Blogger.

Contact Me

Contact Form

Name

Email *

Message *