oleh : Tatu Kulsum
Isu
utama pembangunan wilayah nasional saat ini adalah masih lebarnya kesenjangan
antar wilayah terutama terjadi antara perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, persentase penduduk miskin di desa
sebesar 13, 76% dan di kota sebesar 8,16 %. Data tersebut menjadi acuan bahwa
benar adanya telah terjadi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan. Maka
dari itu harus ada fokus dan annual
project plan pengembangan wilayah untuk mempercepat dalam mengurangi
ketimpangan antar wilayah. Langkah penting yang harus dilakukan antara lain
mendorong percepatan pembangunan ekonomi, sebagai penggerak utama pertumbuhan
ekonomi (engine of growth). Pada saat
yang sama, juga dilakukan penguatan konektivitas lokasi perdesaan dengan
pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di perdesaan yang dapat
menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat ekonomi
terdekat atau pusat-pusat pertumbuhan baru. Selain itu, indutrialisasi perlu di
dorong untuk mengelola bahan mentah, agar dapat meningkatkan nilai tambah serta
menciptakan kesempatan kerja baru di wilayah pusat-pusat pertumbuhan baru ini.
Begitu pula, investasi pemerintah dan swasta harus dioptimalkan untuk memicu
dampak pengadaannya (multiplier effect)
pada daerah sekitarnya, termasuk di wilayah-wilayah tertinggal.
Akselerasi
pertumbuhan ekonomi nasional dapat dicapai melalui peningkatan agroindustri,
hasil perhutanan dan perikanan dengan sasaran pokok pada peningkatan nilai
tambah dan daya saing industri pengolahan makanan dan minuman, produksi
komoditas ekspor dan komoditas prosfektif melalui pengembangan agroindustri
terutama di perdesaan. Pengembangan agroindustri, diarahkan untuk meningkatkan
nilai tambah pertanian yang dilakukan melalui perbaikan teknologi agroindustri perdesaan yang sudah ada, penumbuhan
agroindustri perdesaan yang dapat memanfaatkan hasil samping secara optimal,
penumbuhan industri pengolahan pertanian yang dapat dilaksanakan oleh kelompok
tani dan koperasi, serta pengembangan industri perdesaan yang menangani produk
segar hortikultur.
Berkaitan
dengan perbaikan manajemen usaha, kebijakan yang ditempuh adalah penguatan
kemitraan antara petani dengan pelaku/pengusaha pengolahan dan pemasaran
melalui kemitraan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan industri pengolahan
dan pemasaran. Cara ini sekaligus untuk membangun dan memperkuat jaringan (networking) dengan asosiasi, industri,
dan sektor jasa terkait lainnya. Bersamaan dengan itu juga perlu peningkatan
aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumber-sumber pembiayaan, serta
informasi pasar dan akses pasar, termasuk pengembangan infrastruktur pengolahan
dan pemasaran. Strategi yang dapat digunakan antara lain melalui diseminasi
informasi teknologi, penyuluhan dan media informasi, pengembangan jaringan
pasar, pelayanan informasi pasar, dan pasar lelang komoditi.
Peran
Ekonomi Islam dalam ekonomi Indonesia juga memiliki posisi yang penting,
terutama ketika melihat bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Umat
Islam memiliki potensi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
instrumen ekonomi Islam seperti zakat, wakaf, waris, infak, dan sedekah yang
memiliki potensi cukup besar di Indonesia. Di samping potensi dari lembaga
keuangan yang secara riil telah berkembang di Indonesia yakni di sektor keuangan
syariah, seperti Bank Umum Syariah, BPRS, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah,
dan lembaga keuangan lainnya, yang menyediakan produk-produk yang dibutuhkan
oleh ekonomi rakyat dan bahkan masyarakat secara luas (Ruslan, 2015)
Namun,
yang tidak boleh dilupakan adalah memperhatikan kapasitas dan kompetensi
sumberdaya manusia yang ada. Sebab lemahnya kualitas sumberdaya manusia dan
penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi constraint factor yang menyebabkan kesenjangan pembangunan antar
wilayah. Atas dasar itu perlu dibuat klaster inovasi sebagai terobosan untuk
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi IPTEK,
sesuai dengan kebutuhan pengembangan agroindustri di masing-masing pusat
pertumbuhan. Mahasiswa dapat berperan dalam mempercepat peningkatan kemampuan
berinovasi untuk meningkatkan daya saing, serta mengoptimalkan interaksi dan
pemanfaatan sumberdaya universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha dengan membuat klaster bina desa atau seringkali
disebut BINDES berbasis Co-opreneur Community : Upaya Mahasiswa
dalam Akselerasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia .
Bina Desa berbasis Co-opreneur Community Fondasi Membangun
Bangsa
BINDES
berbasis Co-opreneur Community merupakan salah satu program
sosial berupa pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dengan berbasis
Co-operative Entrepreneur (Co-opreneur)
Community atau komunitas
wirakoperasi. Wirakoperasi itu sendiri merupakan
suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Seorang wirakoperasi adalah
orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan
pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah
seperti halnya petani. Wirakoperasi juga yakin bahwa meningkatkan kesejahteraan
anggota melalui gerakan koperasi bukanlah suatu utopi, tapi merupakan suatu hal
yang achieveable. Selain itu, secara spesifik
wirakoperasi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atau
komoditi yang diusahakan dan penguasaan aspek teknis (teknologi) yang akan
memungkinkan koperasi mampu membangun visi, misi dan strategi bagi aktivitas
koperasi dan mencapai tujuannya (Lukman, 2003). Pemberdayaan masyarakat bina
desa dengan mengadopsi nilai-nilai koperasi diharapkan akan mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi khususnya di perdesaan.
Paham ekonomi dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Dasar ekonomi nasional ialah usaha bersama di atas asas
kekeluargaan. Yang dimaksud dengan itu adalah koperasi. Menurut Hatta (2015)
cita-cita koperasi Indonesia menentang individualisme dan kapitalisme secara
fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang
kolektif, berakar pada adat-istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi
ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutan zaman
modern. Semangat kolektivisme Indonesia yang akan dihidupkan kembali dengan
koperasi mengutamakan kerja sama dalam suasana kekeluargaan antar manusia
pribadi, bebas daru penindasan dan paksaan. Dengan bekerja secara koperasi
seluruh rakyat, dalam bidangnya masing-masing, dapat ikut serta dalam usaha
membangun masyarakat. Bermula dengan yang kecil-kecil, koperasi dapat membangun
perusahaannya berangsur-angsur, sampai kepada perusahaan besar. Bina desa
berbasis wirakoperasi merupakan fondasi dalam membangun bangsa. Sebab itu, bina
desa dengan menerapkan prinsip dasar koperasi dipandang sebagai suatu alat yang
efektif untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Konsep Umum Bina Desa berbasis Co-opreneur Community
Secara
konseptual, program bina desa berbasis Co-opreneur
Community ini adalah salah satu program akselerasi dalam pembangunan
berkelanjutan jika menjadi agenda wajib seluruh mahasiswa di Indonesia. Hal ini
mengingat banyaknya jumlah desa di Indonesia. Program bina desa berbasis wirakoperasi
harus menjadi kajian krusial bersama dibawah naungan perguruan tinggi seluruh
Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sehingga, akan terbentuk
komunitas mahasiswa yang siap melaksanakan program bina desa berbasis
wirakoperasi sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Program bina desa
berbasis wirakoperasi ini juga dapat menjadi inkubator bisnis untuk melahirkan
entrepreneur pemula di perdesaan, dan wilayah lain yang selama ini dipinggirkan
dari proses pembangunan. Lahirnya entrepreneur
di perdesaan ini akan mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan
berbasis usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, serta mengembangkan
kegiatan pengolahan sumberdaya alam yang berkelanjutan oleh masyarakat desa
berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi perdesaan.
Mekanisme Umum Bina Desa berbasis Co-opreneur Community
![]() |
Gambar 1 : Mekanisme Bina Desa berbasis Wirakoperasi |
Mekanisme
secara umum program bina desa berbasis wirakoperasi dapat dilihat pada gambar
1. Mahasiswa dengan disiplin ilmu masing-masing membentuk suatu komunitas untuk
melakukan bina desa dengan mengadopsi prinsip dasar koperasi baik dari segi
pembentukan kelembagaan, pengelolaan keuangan, sampai dengan penerapan
kebijakan. Pembentukan kelembagaan bina desa berbasis wirakoperasi memilih
bentuk organisasi lini. Berdasarkan pernyataan Soetjipto (2015) bentuk
organisasi lini mendasarkan diri pada komando atau perintah. Artinya, bahwa
pemimpin tertinggi koperasi merupakan pusat “kekuasaan”. Kemudian pusat
kekuasaan akan mendelegasikan sebagian kewenangan kepada unit-unit kerja yang
di bawahnya dalam hubungan garis komando. Ciri khas bentuk organisasi lini
antara lain; sederhana, hanya mengenal satu pimpinan tertinggi sebagai pemegang
kekuasaan dan kebijakan, tatakerja berdasar komando, tatap muka sebagai model
hubungan kerja, tidak membutuhkan spesialisasi yang rumit, sarana penunjang
masih sederhana. Sehingga, pada komunitas wirakoperasi mahasiswa terdapat
pimpinan tertinggi sebagai pemegang kekuasaan atas keberlangsungan program .
Komunitas
wirakoperasi membentuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mana
komoditas usaha tersebut merupakan hasil dari program pemberdayaan masyarakat
melalui bina desa. Desa yang menjadi objek pelaksanaan program merupakan desa
yang berada di sekitar kampus masing-masing. Hal ini agar peran mahasiswa dapat
dirasakan keberadaannya dan memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan desa-desa
binaan sekitar kampus. Selain itu, hal ini juga dapat memudahkan akses dalam
pelaksanaan program bina desa. Strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan
masyarakat yaitu mengembangkan pendidikan berbasis keterampilan dan
kewirausahaan dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya. Dalam
hal ini, mahasiswa bukan sebagai “guru”
tetapi sebagai pendamping proses berjalannya bina desa. Luaran dari program
bina desa ini selain untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi desa, juga
diharapkan mampu menghasilkan produk-produk unggulan yang kreatif dan inovatif
dari setiap desa binaan. Produk-produk unggulan setiap desa binaan
diperkenalkan kepada khalayak umum dalam kompetisi pameran atau bazar komunitas
mahasiswa wirakoperasi tingkat daerah dan tingkat nasional. Hal ini juga
sebagai pembangkit mahasiswa wirakoperasi dalam melakukan bina desa menuju
pembangunan berkelanjutan.
Bina Desa berbasis Co-opreneur Community Solusi Bangsa
Program
bina desa berbasis wirakoperasi menawarkan jalan keluar untuk menyelamatkan
bangsa ini. Program strategi pemberdayaan ini untuk membangun kemandirian desa,
kemandirian masyarakat perdesaan, dan kemandirian ekonomi masyarakat desa
dengan pemberdayaan potensi-potensi lokal, baik potensi sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, sumberdaya teknologi, maupun sumberdaya manusia, sosial, dan
budaya. Masih terlalu banyak desa-desa di Indonesia yang masih tertinggal
akibat terpinggirkan selama ini, sehingga strategi pemberdayaan dan
industrialisasi di perdesaan yang sesuai dengan kapasitas, kapabilitas
sumberdaya manusia di perdesaan yang ditawarkan oleh gagasan ini nantinya akan
justifikasi sebagai model di masa mendatang.
Program
bina desa berbasis wirakoperasi juga selaras dengan agenda prioritas dalam Nawa
Cita, Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan
Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan yang dilakukan melalui strategi
meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa yaitu fasilitas, pembinaan,
maupun pendampingan dalam pengembangan usaha, bantuan permodalan, dan
kesempatan berusaha, dan menyiapkan kebijakan jaringan pengaman sosial melalui
jaminan sosial bagi masyarakat desa. BINDES
berbasis Co-opreneur Community :
Upaya Mahasiswa dalam Akselerasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia merupakan
keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri. Dengan mendukung program bina desa
berbasis co-opreneur community ini
sama halnya dengan mendukung peran dan upaya mahasiswa dalam akselerasi
pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Malik, H. 2015. Bangun Industri Desa Selamatkan Bangsa. Bogor : PT Penerbit IPB Press
Hatta, M. 2015. Mohammad Hatta : Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta
: PT Kompas Media Nusantara
Soetjipto, H. 2015. Mengembangkan Koperasi. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka
Noor, RA. 2013. Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis. Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt
am Main
BPS. 2014. Jumlah Persentase Penduduk Miskin. http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488.
Di akses [6 November 2015]